Telah dimuat di Harian Bhirawa,
Judul buku : Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam
Penulis : A.M. Hendropriyono
Penerbit : Kompas
Cetakan Pertama : November 2009
Tebal : xxxii + 488 hlm.
Oleh: Muhammad Rajab*
Dalam sejarah kekhidupan umat manusia, terorisme merupakan ancaman, gangguan dan hambatan abadi terhadap tujuan hidup manusia. Aksi terorisme dipahami sebagai suatu tindak kejahatan yang dilakuakan terhadap sasaran (objek) yang tidak terbatas, yaitu siapa saja walaupun tidak tersangkut ataupun tidak tahu-menahu mengenai hal yang dipermasalahkan oleh pelaku (subjek terorisme).
Akhir-akhir ini terorisme menghantui Indonesia, walaupun beberapa pelaku aksi terorisme sudah ditemukan. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan akan muncul aksi terorisme baru yang akan kembali menggemparkan Indonesia. Pasalnya, menurut Hendropriyono, terorisme tersebut mempunyai akar ideologis dan filosofis. Sehingga jika terorisme diibaratkan sebagai sebuah pohon, maka para teroris hanya merupakan daun-daun dari pohon tersebut, batang dan ranting-ranting pohon merupakan organisasinya, serta filsafat dan ideologi adalah akarnya.
Buku ini dengan memakai teori filsafat Ludwing Wittgenstein, berusaha menemukan akar-akar terorisme, yang antara lain terwujud dalam pola permainan bahasa teror yang khas. Dalam bukunya ini, Hendropriyono, mantan Badan Inteljen Negara (BIN) menyatakan, hanya lewat kajian filsafat, kita bisa menyusun metode, strategi dan taktik yang tepat dalam usaha menumpas terorisme. Kajian sejarah yang juga dilakukan menunjukkan, terorisme juga tak cuma kenal di dunia Islam. Gerakan terorisme global juga ada di antara kaum fundamentalis agama-agama samawi lain, termasuk Yahudi dan Kristen.
Pada hakikatnya, akar dari terorisme memerlukan tanah untuk hidup. Dan kesuburan tanah tersebut memberikan pengaruh langsung terhadap kesuburan pohon terorisme. Tanah yang subur itu adalah lingkungan masyarakat fundamentalis (ekstrim), yang merupakan habitat, sehingga terorisme selalu timbul tenggelam dalam sejarah kehidupan manusia. Terorisme Kristen subur di dalam masyarakat fundamentalis Kristen, terorisme Zionis subur di dalam masyarakat fundamentalis Yahudi, dan terorisme kontemporer subur dalam masyarakat fundamentalis Islam. Masyarakat ekstrim Islam yang dimaksud dalam penelitian Hendropriyono ini adalah Islam politik, bukan Agama Islam yang kerap kali dikaitkan secara salah oleh kaum internasional dewasa ini terutama oleh pihak Barat.
Fundamentalisme merupakan fenomena global, yang dapat ditemui di semua agama-agama besar dunia. Ketika perspektif politik dunia dibatasi pada relasi Islam-Barat, maka perspektif itu bagi sebagain orang yang berbicara tentang fundamentalisme berarti melakukan tuduhan. Fundamentalime tidak menunjukkan keyakinan-keyakinan agama, tetapi lebih merupakan pandangan sosio-politik, yakni masalah yang menyangkut masalah negara, masyarakat dan politik dunia. Akan tetapi masalah itu dewasa ini diartikulasikan melalui atau dengan simbol-simbol agama.
Buku yang berjudul “Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam” ini dengan menggunakan dasar filsafat analitis bahasa, berusaha membongkar akar-akar terorisme global yang sering muncul di permukaan, khususnya di Indonesia.
*Peresensi adalah
Peneliti di Pusat Studi Islam (Forsifa) FAI
Universitas Muhammadiyah Malang